Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Generasi Seperti Apa yang Akan Kita Tinggalkan Nanti?Setiap kali melihat wajah anak-anak didik saya di Taman Kanak-kanak dan TPQ, di dalam pikiran saya selalu terbayang satu pertanyaanGenerasi seperti apa yang akan saya tinggalkan nanti? Di era yang serba materialistis ini, kebanyakan orang tua khawatir dengan masa depan dunia anaknya. Pertanyaan yang membayang di benak para orangtua sekarang ini hampir selalu berkisarApa yang akan mereka makan nanti?Bagaimana dengan pekerjaan mereka kelak? Kekhawatiran semacam ini akhirnya memicu orangtua memaksa anak-anaknya untuk belajar ini dan itu, menguasai keterampilan ini dan itu. Seolah-olah semua hal tentang masa depan anak-anak kita hanya tentang materi dan harta untuknya. Inilah yang kemudian membuat anak-anak kita menjadi serba materialistis, konsumtif dan cenderung tidak salah bila kita mengkhawatirkan masa depan dunia anak-anak. Allah sendiri memerintahkan kita untuk tidak meninggalkan generasi yang lemah, sebagaimana firman-Nya di dalam surah An-Nisa ayat 9Dan hendaklah takut kepada Allah, orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka QS. An-Nisa, 4 9.Rasulullah Saw juga meminta para sahabatnya untuk jangan sampai meninggalkan keluarganya dalam keadaan fakir miskin, karena hal ini akan melemahkan iman mereka. Degradasi Moral Membayangi Generasi Masa Kini Anak-anak lemah, sebagaimana yang dimaksud di dalam surah An-Nisa ayat 9 tersebut, bukan hanya lemah secara finansial. Kuat finansial hanya akan mampu memenuhi kebutuhan dasar. Kuat finansial tidak akan dapat menjamin kesejahteraan hidup apabila tidak ada dasar karakter yang kuat yang dimaksud dengan anak-anak lemah di sini adalah generasi yang karakternya lemah. Generasi yang tidak memiliki akar keimanan yang kuat dan menghujam dalam. Anak-anak yang akidahnya tidak lurus, akhlaknya bobrok, dan setiap pemikirannya tidak didasari ilmu generasi yang sekarang ini sudah banyak kita saksikan dengan mata kepala sendiri. Anak-anak yang kecanduan gim online, TikTok dan YouTube. Para pemuda yang lebih mementingkan viralitas daripada adab dan kesopanan. Anak-anak yang matang sebelum waktunya akibat paparan tayangan-tayangan khusus dewasa. 1 2 Lihat Humaniora Selengkapnya
GubernurSumbar Mahyeldi Ansharullah dalam khutbahnya mengingatkan orang tua jangan meninggalkan warisan berupa generasi (anak cucu) yang lemah. (Foto : nov) AGAM, Gubernur Sumatera Barat (Sumbar) Mahyeldi Ansharullah melaksanakan Safari Ramadan 1442 H di Kabupaten Agam Masjid Baiturrahman Lasi disambut langsung oleh warga LasiSumber QS.[4]. An Nisaa 9 Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. Kajian Anak adalah amanah, maka para orangtua harus bertanggungjawab penuh untuk mendidiknya, membimbingnya, dan mengarahkannya agar tidak menjadi anak-anak yang lemah. Generasi yang kuat lebih senangi oleh Allah dari pada generasi yang lemah. Untuk menjadikan anak-anak menjadi kuat caranya melalui pengajaran, pendidikan, dan pelatihan. Ajari anak-anak tentang ilmu agama, didiklah agar bermoral dan biasakanlah agar tidak canggung, ahli dan mahir. Kirimkanlah mereka ke lembaga yang patut untuk dipercaya. Bekali ilmu agama, ilmu memanah, berenang dan berkuda. Aplikasi ilmu agama adalah adil saat memimpin, tidak korupsi saat punya kewenangan, memikirkan anak buah atau rakyatnya saat berkuasa, jujur saat bicara dan saat bertindak. Aplikasi ilmu memanah adalah siap berburu dan perang, dan di zaman sekarang bisa diterjemahkan pandai mencari nafkah yang halal dan fokus terhadap suatu tujuan. Aplikasi ilmu berenang adalah siap mengarungi kehidupan yang penuh ketidakpastian dengan badan yang sehat dan senantiasa bugar. Sedangkan aplikasi ilmu berkuda, adalah memiliki kendaraan atau cara dalam melangkah agar lebih cepat sampai tujuan. Janganlah kawatir jika kita sudah bertakwa kepada Allah semua pasti akan didapatkan jika sudah kita ikhtiarkan sesuai dengan tuntunan-Nya. Kata kunci agar anak-anak tidak lemah adalah Pendidikan Agama, Pendidikan Teknologi, dan Aplikasi di lapangan hidup sehari-hari. Wallahu a’lam bishawab. Yogyakarta, Selasa, 4 Februari 2014. Teguh Sunaryo Motivator Religi Indonesia HP 085 643 383838 . ———————————————————————————-
Lemahekonomi. Jangan sampai meninggalkan generasi yang lemah ekonomi, supaya mereka dapat bermartabat di atas kaki sendiri dan tidak menjadi beban bagi orang lain. Nah, menabung emas adalah salah satu cara dalam rangka supaya, sedapat mungkin, orang tua tidak meninggalkan generasi yang lemah, terutama iman dan ilmunya.Oleh Sujali, Bendahara Yayasan Suara Hati وَلْيَخْشَ ٱلَّذِينَ لَوْ تَرَكُواْ مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافاً خَافُواْ عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُواّ ٱللَّهَ وَلْيَقُولُواْ قَوْلاً سَدِيداً Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. QS. An-Nisa’ 9 Ayat di atas pesannya sangat jelas bagi kita semua, yaitu tentang tanggung jawab kita sebagai orang tua untuk takut kepada Allah jika meninggalkan generasi yang lemah. Lemah di sini terdapat beberapa hal yang sangat perlu diperhatikan, diantaranya adalah Lemah Akidah Akidah di sini adalah akidah Islam yang tauhid, yaitu keyakinan bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan, tidak ada Tuhan selain Dia. Dan keyakinan inilah yang tidak boleh lemah pada generasi kita. Lemahnya adalah jika mereka melakukan perbuatan syirik. Karena syirik itu adalah lawan daripada akidah Islam yang tauhid. Banyak sekali perbuatan syirik yang harus dihindari, baik itu syirik akbar maupun syirik ashghar. Syirik akbar sudah sangat jelas yaitu perbuatan menyembah selain Allah dan Atheis. Sedangkan syirik ashgar cukup banyak bentuknya, diantaranya sihir, ramalan bintang tanjim dan lain sebagainya, yang semuanya harus kita dihindari. Lemah Ibadah Ciri-ciri umum orang yang jauh dari kegiatan ibadah adalah cenderung tidak Bahagia. Mengapa? Karena jiwanya jauh dari Sang Maha pelembut jiwa, sehingga jiwanya kering. Walaupun terlihat bahagia namun tanpa melakukan ibadah, maka bahagianya merupakan bahagia yang sesaat, bukan bahagia yang memang benar-benar bahagia yang tercermin hadir pada hati dan jiwa karena telah mendapatkan nur Allah sebagai buah dari praktik ibadah. Dan untuk melembutkan dan membahagiakan jiwa manusia salah satunya adalah dengan melakukan sholat, dzikir, qira’atul quran dan lain sebagainya. Maka generasi kita tidak boleh lemah yaitu malas untuk ibadah. Lemah Ilmu Ilmu pengetahuan merupakan jalan manusia untuk bisa berkembang dalam menapaki kehidupan di dunia ini. Tanpa ilmu manusia akan sangat sulit menjalani hidup dan kehidupan, bahkan bisa dikatakan hidup miskin dan terbelakang. Karena dunia harus didapat dengan ilmu, akhirat harus diraih pula dengan ilmu. Untuk mendapatkan keduanya diperlukan pula ilmu. Nah, jika generasi kita tidak dibekali dengan ilmu, maka akan kita saksikan generasi-generasi yang lemah dalam menata peradaban dunia ekonomi, sains dan teknologi ke depan. Lemah Ekonomi Ekonomi sangat erat hubungannya dengan kepemilikan harta dan kekayaan serta usaha kerja. Orang yang imannya kuat lebih dicintai Allah daripada orang imannya lemah. Kuat di sini adalah kuat secara ketahanan perekonomian manusia itu sendiri. Jangan sampai generasi yang jatuh iffahnya karena menggantungkan hidupnya dari belas kasih orang lain, tidak mandiri dan berdikari dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Yang pada akhirnya akan berpotensi pada kefakiran yang hal itu akan mendekatkan pada kekafiran. Na’udzubillah. Maka, kita harus memperkuat generasi kita dengan beberapa hal pula yaitu Memberikan Nutrisi Yang Halal dan Baik Makanan dari usaha yang halal. Inilah yang akan memberikan keberkahan, menjadikan manusia yang bebas dari goda dan tipu daya setan yang terkutuk. Setan sangat senang jika makanan yang mengalir pada tubuh kita didapat dari yang tidak halal, dengan begitu setan sangat mudah untuk mengajak dan membimbing manusia ke dalam perbuatan dosa dan kejahatan. Hal ini karena di dalam tubuh sudah terkontaminasi sinyal-sinyal haram yang mempermudah gerak tubuh mengikuti hal-hal yang diharamkan pula. Menanamkan Kecintaan pada Quran dan Sunnah Pada era milenal dan yang akan datang adalah terjadinya hiruk-pikuk tentang kebenaran dan kebatilan yang campur aduk, banyak manusia tersesat. Banyak manusia yang salah melangkah dan lupa arah. Maka supaya tidak tersesat Rasul telah berpesan dan berwasiat jauh-jauh di masa yang lalu, supaya berpegang teguh kepada dua perkara yakniAlquran dan Assunnah. Ajari generasi kita membaca Alquran, pahamkan substansinya sesuai Sunnah RasulNya, sehingga pada akhirnya mereka dapat mengaplikasikan pada kehidupan mereka. Memupuk Kepercayaan Diri dan Akhlak Percaya diri adalah buah daripada iman. Memupuk kepercayaan diri pada generasi kita akan memperkuat keberanian mereka untuk menghadapi segala persaingan dan tantangan yang akan mereka hadapi kelak. Percaya diri mampu melemahkan dan menjatuhkan sikap yang pesimis dan under estimate, sehingga mampu membuat mereka selalu optimis dan progressif dalam menatap masa depan yang tentunya diiringi dengan akhlak mulia pula. Mencintai Agama dan Negaranya Slogan mencintai negara adalah bagian daripada iman, sangat tepat untuk diaplikasikan guna generasi yang mau membangun lingkungan tempat mereka bernaung. Karena jika para pemuda dan generasi sudah tangguh berperan serta ikut dalam pembangunan negara, maka masyarakat bangsa kita akan menjadi kuat dan tangguh. Tidak akan menjadi bangsa yang miskin dan terbelakang. WaAllahu a’lam.
AGAM KLIKPOSITIF - Gubernur Sumatera Barat (Sumbar) Mahyeldi Ansharullah mengingatkan orang tua untuk menunaikan tanggung jawab kepada anaknya. Sehingga tidak
Umat Islam diperintahkan Allah menjadi umat terbaik khairu ummah. Karena itu, ciri khairu ummah berupa karakter unggul dan kuat terus dipesankan agar menjadi perhatian setiap muslim. Terkait hal ini, Wakil Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah Syamsul Hidayat menerangkan bahwa Allah berpesan secara khusus di dalam Surat An Nisa ayat 9 yang artinya, “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap kesejahteraannya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar.” “Allah mengingatkan kaum muslimin agar kita berwaspada kalau meninggalkan generasi yang lemah. Mafhumnya adalah kita ini harus meninggalkan keturunan yang kuat,” jelas Syamsul Hidayat di kanal Youtube Majelis Tabligh Muhammadiyah, Ahad 3/4. Keturunan yang lemah bisa dilihat dari berbagai aspek, bisa dari lemah iman, lemah ilmu, dan bisa dari aspek lemah ekonomi. “Jadi, jangan sampai kita meninggalkan generasi penerus itu generasi yang lemah iman, lemah taqwa, dan itu semua ada kaitanya dengan ilmu, jangan sampai lemah ilmu juga,” jelas Syamsul. “Nah ilmu ini bisa ilmu yang bersifat pembinaan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah dan juga ilmu ketrampilan hidup,” imbuh Syamsul. Perhatian terhadap generasi yang kuat menurutnya juga ditegaskan oleh Nabi Muhammad Saw melalui hadis yang artinya, “mukmin yang kuat lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah.” “Bulan Ramadhan ini, mari jadikan momentum untuk menanamkan nilai-nilai keimanan dan juga menanamkan ilmu ketrampilan hidup, agar generasi kita kuat,” tegas Dosen Universitas Muhammadiyah Surakarta ini. [roni] Tonton Selengkapnya TakBoleh Tinggalkan Generasi Lemah. Firman Allah, Quran surat an-Nisa ayat 9: "Hendaklah ada rasa takut di antara kamu, pada diri kamu, seandainya meninggalkan anak keturunan generasi penerus yang lemah dalam banyak hal, kesejahteraan dan lainnya, karena itu bertakwalah kamu kepada Allah dan hendaklah berkata benar".Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi Ansharullah, usai shalat magrib berikan ceramah agama di Masjid Raya Maninjau, Jum’at 30/07/2021. Islam merupakan agama yang sangat memperhatikan pembinaan generasi penerus. Salah satunya ditegaskan oleh Allah SWT di dalam Alquran, Surat An-Nisa ayat 9, “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”. “Itu makanya Presiden Sukarno pernah mengatakan Berikan 10 pemuda maka akan kuguncangkan dunia’. Ini menandakan pemuda adalah penerus bangsa,” ucap Buya Mahyeldi dalam tausiyahnya. Menurutnya, lemah yang dimaksudkan dalam ayat di atas menyangkut beberapa hal. “Yang utama adalah jangan sampai kita meninggalkan generasi penerus yang lemah akidah, ibadah, ilmu, dan ekonominya, Generasi penerus atau anak di sini, tidak hanya anak biologis, melainkan juga anak didik murid dan generasi muda Islam pada umumnya,” kata Buya Mahyeldi. Kenyataan itu, lanjutnya, dapat dilihat dari data yang menyatakan dalam waktu dekat ini, mulai Tahun 2021 sampai 2024, Indonesia akan menikmati suatu era yang langka yang disebut dengan Bonus Demografi. “Ini pernyataan Presiden Jokowi, Saya sangat setuju, dimana jumlah usia produktif Indonesia diproyeksikan berada pada grafik tertinggi dalam sejarah bangsa Indonesia. Yaitu mencapai 64 persen dari total jumlah penduduk Indonesia sebesar 297 juta jiwa,” terangnya. Bonus demografi menjadi windosw opportunity peluang yang sangat strategis bagi sebuah negara untuk dapat melakukan percepatan pembangunan ekonomi dengan dukungan ketersediaan sumber daya manusia usia produktif dalam jumlah yang cukup signifikan. “Kalau memang kita ingin anak kita berhasil dunia dan akhirat, maka kita harus memperhatikan ilmu dan keimanannya, berdasarkan Al-quran,” ujarnya. Ada 4 empat yang diperhatikan yaitu, Pertama, jangan sampai meninggalkan anak yang lemah akidahnya atau imannya. Akidah merupakan sumber kekuatan, kenyamanan dan kebahagiaan dalam hdup. Orang yg lemah akidahnya mudah sekali terkena virus syirik dan munafik. Hidupnya mudah terombang-ambil, tidak teguh pendirian. Ia pun bisa gampang menggadaikan iman. “Yang pertama ditekankan adalah soal akidah, yakni janganlah engkau mempersekutukan Allah’. berpedomanlah dengan Al-quran,” paparnya. Kedua, jangan sampai meninggalkan anak yang lemah ibadahnya. Orang yang istiqomah dalam ibadahnya, Insya Allah akan bahagia dan punya pegangan dalam hidupnya. Ia tidak mudah terintervensi oleh orang lain. “Sebaliknya, orang yang lemah ibadahnya atau menyia-nyiakan ibadah, maka hidupnya tidak akan bahagia. Ia pun mudah diintervensi orang lain,” tuturnya. Ketiga, jangan sampai meninggalkan anak yang lemah ilmunya. Islam sangat menekankan pentingnya ilmu pengetahuan. Rasulullah menegaskan dalam salah satu hadistnya, “Tidak ada kebaikan kecuali pada dua kelompok, yaitu orang yang mengajarkan ilmu dan orang yang mempelajari ilmu’,” ujarnya. Keempat, jangan meninggalkan generasi yang lemah ekonominya. “Orang tua perlu menyiapkan generasi yang kuat secara ekonomi, agar hidupnya tidak menjadi beban bagi orang lain,” ingatnya. Orang tua tidak meninggalkan generasi yang lemah secara ekonomi. Hadis ini pun menjadi dalil dalam pemberian wasiat, yakni harta yang diwasiatkan untuk disedekahkan, maksimal sepertiga dari total harta warisan. Selain itu, Buya Mahyeldi juga menyampaikan, bahwa Indonesia Merdeka yang dirasakan saat ini tidak luput dari hasil jerih payah para ulama dan santri. Mereka berjuang rela kehilangan harta, kedudukan, bahkan nyawa sekalipun demi Indonesia merdeka. “Tanpa keterlibatan ulama, kiai dan santri, mustahil negara ini merdeka. Karena berkat jasa beliau-beliaulah bangsa kita berhasil merebut kemerdekaan,” ucapnya. Bahkan bisa dilihat dari UUD 1945, dalam kalimat “Atas berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.” Patut kita kiranya mengenang para pejuang dan pahlawan kemerdekaan. Terutama mengingatkan kembali jasa-jasa ulama terdahulu dan para santrinya. Sejarah, lambat laun makin dikubur. Bahkan, terus dibelokkan. Padahal kemerdekaan Indonesia ditopang perjuangan kaum santri dan barisan Kiai yang menyelamatkan negeri. “Untuk itu, marilah kita rapatkan shaf bersatu padu dalam mendukung kebijakan pemerintah untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19,” ujarnya “Kita berharap masyarakat Sumbar dapat memberikan contoh kebaikan dalam gerakkan mari vaksinasi dan disiplin menerapkan protokol kesehatan,” tutupnya. Red/ADPIM SUMBAR
Jakarta(Pinmas) - Menteri Agama Suryadharma Ali mengingatkan, agar kita tidak meninggalkan generasi masa depan yang lemah, baik dalam pendidikan dan ekonomi, maupun lemah dalam penghayatan ajaran agama. Jangan tinggalkanBOGOR – Islam merupakan agama yang sangat memperhatikan pembinaan generasi penerus. Salah satunya ditegaskan oleh Allah SWT di dalam Alquran, Surat An-Nisa ayat 9, “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” Menurut Guru Besar Agama Islam IPB Bogor, Prof Dr KH Didin Hafidhuddin MS, lemah yang dimaksudkan dalam ayat di atas menyangkut beberapa hal. “Yang utama adalah jangan sampai kita meninggalkan generasi penerus yang lemah akidah, ibadah, ilmu, dan ekonominya, Generasi penerus atau anak di sini, tidak hanya anak biologis, melainkan juga anak didik murid dan generasi muda Islam pada umumnya,” kata Kiai Didin saat mengisi pengajian guru-guru Sekolah Bosowa Bina Insani SBBI di Masjid Al Ikhlas Bosowa Bina Insani, Bogor, Jawa Barat, Jumat 12/7. Pertama, jangan sampai meninggalkan anak yang lemah akidahnya atau imannya. “Akidah merupakan sumber kekuatan, kenyamanan dan kebahagiaan dalam hdup. Orang yg lemah akidahnya mudah sekali terkena virus syirik dan munafik. Hidupnya mudah terombang-ambil, tidak teguh pendirian. Ia pun bisa gampang menggadaikan iman,” ujar direktur Pascasarjana Universitas Ibnu Khaldun UIKA Bogor, dalam rilis SBBI yang diterima Jumat 12/7. Hal ini pun dicontohkan oleh Luqmanul Hakim saat mendidik anak-ankanya lihat QS Luqman. “Yang pertama ditekankan adalah soal akidah, yakni janganlah engkau mempersekutukan Allah’. Barulah kemudian Luqman membahas hal-hal yang lain kepada anak-anaknya,” paparnya. Kedua, jangan sampai meninggalkan anak yang lemah ibadahnya. Orang yang istiqomah dalam ibadahnya, insya Allah akan bahagia dan punya pegangan dalam hidupnya. Ia tidak mudah terintenvensi oleh orang lain. “Sebaliknya, orang yang lemah ibadahnya atau menyia-nyiakan ibadah, maka hidupnya tidak akan bahagia. Ia pun mudah diintervensi orang lain,” tuturnya. Ketiga, jangan sampai meninggalkan anak yang lemah ilmunya. “Islam sangat menekankan pentingnya ilmu pengetahuan. Rasulullah menegaskan dalam salah satu hadisnya, Tidak ada kebaikan kecuali pada dua kelompok, yaitu orang yang mengajarkan ilmu dan orang yang mempelajari ilmu’,” ujarnya. Kiai Didin menyebutkan, dalam pendidikan ada materi, metode, dan guru. “Metode lebih baik daripada materi. Guru lebih baik daripada metode. Semangat atau spirit guru lebih baik daripada guru itu sendiri,” paparnya. Keempat, jangan meninggalkan generasi yang lemah ekonominya. “Orang tua perlu menyiapkan generasi yang kuat secara ekonomi, agar hidupnya tidak menjadi beban bagi orang lain,” ujarnya. Kiai Didin menyebutkan, sebuah hadis yang menceritakan seorang lelaki punya seorang anak perempuan. Karena sangat bersemangat bersedekah, ia berniat menyedekahkan 100 persen hartanya, tapi Nabi melarangnya. Lalu, ia berniat menyedekahkan 50 persen hartanya. Hal itu pun masih dilarang. Akhirnya ketika dia berniat menyedekahkan sepertiga hartanya, barulah Nabi mengizinkan. “Dengan demikian, orang tua tadi tidak meninggalkan generasi yang lemah secara ekonomi. Hadis ini pun menjadi dalil dalam pemberian wasiat, yakni harta yang diwasiatkan untuk disedekahkan, maksimal sepertiga dari total harta warisan,” papar KH Didin Hafidhuddin. BACA JUGA Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Klik di Sini